Kompas dahulu boleh berbangga dengan julukan raja media dengan oplah koran terbesar di Indonesia. Tapi masa lalu dimana masih belum ada ponsel dan hanya pager yang masih merajalela , kecepatan informasi masih tergantung kepada media cetak dan Kompas boleh menjadi pemenangnya.
Di era internet , smartphone dan gadget , Kompas sangat kelihatan keteteran dalam menghadapi perubahan dan tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan zaman .
Kompas mencoba mengikuti perubahan zaman dengan meluncurkan situs Kompas.com , namun ternyata awak dibelakang situs Kompas.com masih mengikuti pola kerja versi cetak dari Kompas sehingga unsur kecepatan , ketepatan dan detil serta foto foto yang merupakan kekuatan media internet tidak dijalankan oleh Kompas.com
Hal ini dapat dibuktikan dalam hal berita pesawat Lion Air kecebur ke laut di Ngurah Rai Bali tanggal 13 April 2013 . Kejadian pesawat kecebur ke air dengan semua penumpang selamat bukanlah berita biasa di Indonesia bahkan di dunia. Berita biasa di Indonesia adalah berita korupsi . Di bulan Januari 2009 pernah terjadi juga pesawat airbus 320 dari US Airways kecebur ke sungai Hudson di New York Amerika dan semua penumpang selamat. Hal itu menjadi headline di berbagai media cetak dan media internet karena kejadian kecelakaan pesawat dengan semua penumpang masih hidup.
Blackberry Messenger adalah media pertama yang menyebarkan kejadian Lion Air kecebur ke laut. Berikut adalah gambar yang tersebar melalui Blackberry Messenger :
Berita pertama kali muncul di situs berita Okezone yang digawangi MNC group sudah beserta foto kejadian yakni jam 14: 46 WIB:
Selang beberapa menit kemudian , situs berita Detik.com yang digawangi grup Trans TV juga memunculkan berita tentang Lion Air namun masih tanpa gambar yakni pada pukul 14.55 WIB
Diikuti dengan susulan update berita tentang Lion Air oleh Detik.com yang sudah dilengkapi dengan foto dan bahkan foto kapten pilot yang sedang dipapah pada pukul 15: 16 WIB dengan update kejadian berikut foto pesawat dan pada pukul 16:00 WIB dengan foto pilot yang dipapah.
Situs berita Kompas.com sampai pukul 15:25 WIB masih belum memunculkan berita tentang pesawat Lion Air .
Situs berita Kompas.com baru memunculkan berita tentang kejadian pesawat Lion Air pada pukul 15:26 WIB tanpa satupun foto yang menyertai dan hanya berita singkat padahal di Okezone pada pukul 14:46 WIB sudah muncul berita Lion Air dengan foto dan di Detik.com sudah muncul berita tentang pesawat Lion Air tanpa foto pada pukul 14:55 WIB.
Update update berita dari situs Kompas.com sampai pukul 16: 31 WIB tentang pesawat Lion Air hanya memunculkan berita tanpa dilengkapi foto kejadian namun hanya diperindah dengan ilustrasi foto yang tidak berhubungan dengan kejadian . Bayangkan di era internet, smartphone , semua handphone sampai yang kelas low end pun memiliki kamera dan koneksi internet wireless 3G , GPRS dan CDMA , situs Kompas.com tidak dapat menyertakan foto kejadian sama sekali.
Ilustrasi foto di situs Kompas.com malah foto pembelian pesawat Airbus oleh Lion Air . Padahal kalau kita menggunakan fitur Cari di situs Kompas.com dan mengetikan kata ” lion air beli pesawat airbus” kita malah tidak akan menemukan berita pembelian pesawat Airbus terbesar oleh Lion Air di halaman pertama hasil search . Fitur search dari wordpress untuk blog gratis masih jauh lebih akurat. Ada yang salah dengan fungsi dan alogaritma search di Kompas.com
Baru pada pukul 16:35 WIB , situs berita Kompas.com memunculkan foto kejadian pesawat Lion Air dengan mengutip hasil foto dari Blackberry dan media sosial yang beredar :
Padahal situs berita yang tidak digawangi oleh grup besar pun sudah mampu memunculkan berita kejadian Lion Air dengan foto kejadian sebelum situs berita Kompas.com memunculkan berita kejadian Lion Air pertama kalinya pada pukul 15:26 WIB .
Situs berita Inilah.com memunculkan berita tentang kejadian pesawat Lion Air pada pukul 15:07 WIB dengan foto kejadian
Situs berita Merdeka.com yang digawangi oleh Kapanlagi.com juga sudah memunculkan foto kejadian pada pukul 15:13 WIB :
Kita tentunya berpikir jangan jangan wartawan Kompas sudah menjepret foto foto kejadian keceburnya pesawat Lion Air dan akan memunculkannya di koran Kompas esok hari tanggal 14 April 2013 biar kesan ekslusif media cetak tetap dapat dijaga dalam persaingan dengan media internet.
Namun ternyata koran Kompas pada tgl 14 April memunculkan headline terceburnya pesawat Lion Air dengan isi berita yang sudah basi karena sudah banyak berita tentang kejadian pesawat Lion Air bersliweran di media internet pada tanggal 13 April 2013 dan headline koran Kompas tgl 14 April 2013 diperparah dengan foto Lion Air kecebur ke laut yang sangat sangat biasa banget tanpa ada greget sama sekali .
Banyak sekali foto foto bersliweran di internet tentang keceburnya Lion Air yang jauh lebih dramatis dan mengambarkan kejadian keceburnya pesawat Lion Air dibandingkan foto headline koran Kompas tanggal 14 April 2013 . Padahal saat kejadian keceburnya pesawat Lion Air adalah sekitar jam 3 sore WIB tanggal 13 April 2013 dan masih jauh tentunya dari tenggat deadline cetak koran Kompas tanggal 14 April 2013.
Foto yang menjadi headline di koran Kompas.com ternyata juga muncul di situs berita Merdeka.com sehingga tidak ada ekslusifnya dan malah hanya salah satu foto dari beberapa foto yang muncul di slideshow foto kejadian Lion Air di situs berita Merdeka.com
Dibandingkan foto foto yang bersliweran di internet maka foto tunggal yang muncul di headline koran Kompas 14 April 2013 sangatlah amatir sekali mengingat koran Kompas adalah perusahaan komersial yang bertujuan mencari laba. Bali bukanlah daerah terpencil yang susah dijangkau dan bandara Ngurah Rai adalah bandara internasional sehingga secara logika sebagai perusahaan media cetak nasional harusnya Kompas memiliki cabang di Bali dan memiliki lebih dari satu wartawan tulis dan wartawan foto di Bali.
Berbagai foto yang bersliweran di internet tentang kejadian keceburnya Lion Air yang membuat seolah olah koran Kompas adalah koran dinding sekolah yang dibuat oleh siswa siswa sekolah pada jaman pager masih merajalela dan kliping koran masih merupakan aktifitas semua yang pernah mengalami sekolah di jaman pager masih merajalela.
Malah foto dari situs berita Merdeka.com dibawah ini lebih memiliki unsur news karena bersifat paradoks membandingkan pesawat Lion yang sedang di udara dengan pesawat Lion yang tercebur di laut di bandara Ngurah Rai Bali .
Kita tidak perlu menggunakan lembaga survey atau balitbang Kompas untuk mengetahui minat membaca koran dari generasi muda. Silahkan anda cek lingkungan sekitar anda dan tanyakan kepada generasi muda yang lahir mulai dari tahun 1990 an dan tanyakan seberapa sering mereka membaca koran.
Kelihatannya komandan komandan yang menjalankan Kompas berada di generasi abg yakni generasi angkatan babe gue yang sudah berusia uzur dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Hal ini dibuktikan dengan keputusan Kompas di tahun 2009 yang mengharuskan pembaca epaper wajib menginstall Microsoft Silverlight untuk membaca epaper Kompas ( walaupun akhirnya direvisi setelah katanya Kompas mendengar masukan dari pelanggan dengan menambahkan opsi Softpedia ) , padahal Kompas Group memiliki terbitan di bidang majalah dan tabloid di bidang komputer dan seharusnya bisa memprediksi sistem operasi IOS Apple dan Android serta browser Firefox dan Chrome yang akan mendominasi di masa depan. Akhirnya malah di situs Kompas muncul berita bahwa Microsoft Silverlight tidak akan dikembangkan lagi – http://tekno.kompas.com/read/2011/12/13/0928245/Microsoft.Siap.Tinggalkan.Silverlight
Itulah sulitnya perusahaan yang didirikan oleh pendiri yang semakin lanjut usianya dan tidak rela memberikan tongkat estafet ke generasi muda yang jauh lebih memahami perkembangan zaman. Ini sama dengan negara Inggris dimana Ratu Elizabeth masih belum rela memberikan tongkat estafet ke Pangeran Charles. Kelihatannya manajemen di Kompas sudah jenuh dengan rutinitas sehari hari dan sudah merasa superior sehingga tidak memperhatikan pesaing di kiri kanan serta perubahan zaman dan teknologi.
Hari gini membaca koran adalah membaca berita hari kemarin karena setiap koran kalah cepat dengan media internet dan messenger app dari smartphone seperti Blackberry Messenger . Twitter Whatsapp dan produk messenger lainnya. Jika ada koran yang sampai di tempat anda pada pagi hari berarti anda mengalami de javu dan hanya membaca ulang berita yang sudah anda ketahui hari kemarin melalui media internet dan smartphone.
Kita tinggal memasang apliksai twitter di Blackberry atau smartphone kita dan tentunya tinggal follow twitter dari media media berita internet baik lokal maupun internasional dan kita akan selalu mendapat berita berita terbaru via twitter di ponsel kita.
Kita hanya membaca koran sampai saat ini karena masih banyak perusahaan yang bodoh dan masih percaya untuk beriklan di koran padahal semua perusahaan tersebut bisa membuat iklan sedetil detilnya tanpa dibatasi oleh ukuran millimeter x Rp sekian sekian di website perusahaan tersebut dan mengkampanyekan iklan dan promosi perusahaan melalui media social seperti twitter dan facebook karena toh sekarang twitter dan facebook sudah menerima pembayaran untuk iklan komersial.
Dengan keyakinan bahwa yang lahir di tahun 90 an sudah jarang membaca koran dan media internet adalah media menyebarkan informasi yang paling cepat , tepat dan murah , tentunya merupakan sebuah keanehan kalau Kompas masih mengenakan biaya Rp. 50 ribu per bulan untuk membaca epaper koran Kompas . Bayangkan untuk membaca berita basi dan iklan yang dipasang di koran , kita harus mengeluarakan uang sebesar Rp. 50 ribu rupiah per bulan.
Parahnya lagi pihak komandan komandan di Kompas masih belum mengupdate perkembangan pasar gadget di Indonesia dan masih belum mengetahui bahwa di Indonesia OS Android jauh lebih populer dan produk gadget Samsung jauh lebih banyak dibeli orang Indonesia sehingga Kompas masih mempromosikan epapernya yang didesign khusus untuk Ipad dan tidak ada epaper Kompas yang didesign untuk OS Android . There must be something wrong with the management of Kompas karena kelihatannya pihak manajemen Kompas berkantor di Amerika yang notabene memang produk Apple lebih populer dibanding produk berbasis Android .
Update terbaru Juli 203 : Akhirnya Kompas menghargai anda sebagai rakyat yang menggunakan Android ( gagdet kelas rakyat yang dari harga murah sampai mahal pun ada ) dan meluncurkan aplikasi berbasis Android untuk membaca epaper Kompas dengan gencar beriklan tentang Kompas Siang tapi tetap saja untuk membaca epaper Kompas secara lengkap anda harus mengisi formulir di layar kaca gadget anda atau komputer anda dengat data yang sangat detil termasuk no KTP segala , jadi Kompas tetap antara kondisi rela dan tidak rela anda membaca epaper Kompas via berbagai ukuran layar kaca . Sungguh ribet !
Di dunia teknologi , produsen ponsel nomor 1 dunia yakni Nokia dan sistem operasi Symbian besutan Nokia sudah ditumbangkan oleh Apple dengan IOS dan Android dari Google berkoloborasi dengan Samsung. Sikap enggan berubah Nokia dan telat berubahnya Nokia adalah sebuah harga yang sangat mahal yang harus dibayar Nokia dan bahkan mengancam masa depan Nokia.
Kelihatannya pihak Kompas masih pede dengan kejayaan masa lalu dan kelihatannya tidak akan bergeming untuk berubah sesuai dengan perubahan zaman dan teknologi.
Saya jadi ingat praktek sebuah group besar restoran yang sukses di era orde lama yang setiap meluncurkan menu makanan baru ataupun jenis restoran baru selalu melakukan test food ke karyawannya dan selalu bertanya ke karyawan karyawannya apakah makanan tersebut enak. Semua karyawan menjawab enak dan diluncurkanlah produk makanan tersebut . Logika berpikir saja , mana ada karyawan yang berani menjawab tidak enak kalau masih mau meniti karir di perusahaan tersebut. Hasilnya produk produk makanan yang diluncurkan tidak terlalu laku atau bahkan tidak laku sama sekali. Alhasil bisnis restoran tersebut tetap hidup ditopang produk lama yang sudah dikenal masyarakat dan akhirnya melempem . Hal ini mirip dongeng raja yang ditipu dengan dibuatkan pakaian paling bagus oleh penjahit yang menipunya padahal raja tersebut sebenarnya bugil , namun semua rakyat yang melihat semua ikut memuji karena takut dibilang tolol dan takut dihukum sampai seorang anak kecil berseru kalau raja bugil.
Tanpa harus mengikuti seminar marketing atau seminar motivasi , anda pasti dapat mengembangkan bisnis anda asal anda mau menbuka mata , bergaul dengan kelas,usia dari pangsa pasar anda, merekrut staf dan tim sukses yang sesuai dengan usia dari pangsa pasar anda dan bersedia melakukan mystery shopping yang melibatkan konsumen yang bukan karyawan ataupun relasi bisnis anda sehingga anda mendapat masukan yang jujur tentang kelemahan kelemahan dari jasa ataupun produk yang anda jual.
Sekedar informasi pembanding tentang kecelakaan pesawat yang kecebur ke air namun semua penumpang masih hidup terjadi juga di Amerika. Jika kejadian dengan Lion Air melibatkan pesawat Boeing maka di bulan Januari 2009 kejadian pesawat kecebur ke air terjadi pada US Airways dengan pesawat Airbus 320 dimana pesawat tersebut tercebur ke sungai Hudson dengan airnya yang dingin di kota New York dan semua penumpang berjumlah 155 orang selamat. Berikut cuplikan foto foto kejadian pesawat US Airways kecebur di sungai Hudson pada tahun 2009 :
Semua orang bisa menjadi ahli pemasaran secara otodidak tanpa harus kuliah dan tanpa harus memperkaya orang orang yang mengaku sebagai ahli pemasaran melalui seminar dan pelatihan untuk menguras kocek anda.
Artikel lain tentang Kompas :