Setiap tahun selalu diselenggarakan beberapa pameran franchise di beberapa kota besar di Indonesia dan bahkan ada agenda pameran waralaba skala nasional di Jakarta setiap tahun . Bahkan ada beberapa majalah yang khusus mengulas tentang waralaba di Indonesia. Selain majalah juga ada kolom khusus ulasan waralaba di beberapa koran nasional .
Pernahkan anda memperhatikan bahwa hampir 80 persen peserta pameran franchise adalah merek waralaba yang hampir tidak pernah kita dengar atau merek franchise yang baru muncul ataupun merek waralaba yang tidak populer?
Rata rata bisnis franchise yang muncul di pameran franchise ingin memiliki investor sebanyak banyaknya namun si pemilik franchise tidak memiliki tim sukses yang kuat yang sanggup mendukung pertambahan jumlah outlet franchisenya.
Pernahkan anda memperhatikan bahwa hampir 80 persen artikel tentang waralaba yang diulas di media cetak umumnya tentang franchise produk ataupun waralaba jasa yang hampir tidak pernah kita dengar ataupun jarang kita temui disekitar lingkungan hidup kita sehari hari.
Namun jika ada melihat merek merek waralaba terkenal ataupun bisnis bisnis non franchise yang tersebar dimana mana dan laku serta diserbu pelanggan seperti Hoka Hoka Bento, Bakmi GM,Kentucky Fried Chicken atau versi tradisional warung nasi Ampera , kita tidak akan pernah menemukan merek merek tersebut di pameran franchise ataupun ulasan tentang bisnis tersebut di terbitan yang mengulas tentang franchsie.
Pada dasarnya bisnis franchise walaupun sudah teruji namun pihak yang membeli franchise dan menjalankan bisnis franchise tersebut belum tentu sanggup mempertahankan bisnis franchise yang dibelinya baik karena faktor tidak adanya jiwa wirausaha ataupun si pembeli franchise merasa sudah mendapatkan ilmu dan pengalaman sehingga pada saat kontrak franchise berakhir memutuskan untung mengusung merek sendiri .
Contoh berikut adalah gambaran bahwa bisnis franchise itu sama seperti bisnis lainnya yakni ada pasang dan surut , ada sukses dan gagal karena nasib bisnis franchise yang dijalankan tergantung pembeli franchise dan bukan tergantung franchisor . Berikut iklan outlet outlet pertama franchise agen properti di “yellow pages ” tahun 1997/1998 .
Ada apa gerangan sampai banyak merek populer dan bisnis yang laris dan tersebar dimana mana tidak pernah mengikuti pameran franchise ?
Pada dasarnya merek populer dan bisnis yang laris sudah tidak membutuhkan pameran waralaba lagi untuk menjaring calon investor , mereka sendiri mungkin sudah diserbu oleh calon investor tanpa harus muncul di pameran.
Rata rata bisnis dan merek yang muncul di pameran franchise adalah bisnis yang mengadu peruntungan untuk mendapatkan investor dan rata rata bisnis yang muncul di pameran waralaba adalah bisnis yang mengaku sebagai bisnis top dan bisnis yang menguntungkan .
Banyak calon investor yang menjadi pengunjung pameran franchise yang akhirnya terbujuk dengan ilustrasi omzet, persentase keuntungan dan gambaran balik modal yang dijelaskan di pameran tanpa melihat kenyataan hidup sehari hari di dalam dunia bisnis yang mungkin terjadi dan tanpa memperhatikan kenyataan popularitas merek waralaba tersebut di lingkungan hidup sekitarnya.
Sebuah bisnis franchise yang populer di sebuah kota belum tentu akan sukses jika bisnis franchise tersebut dipindahkan ke kota lain seperti bisnis makanan jika populer di suatu kota karena merupakan makanan khas daerah tersebut belum tentu akan popluer jika dibuka di kota lain.
Hal hal seperti kenyataan hidup bisnis sehari hari , belum tentu populernya suatu merek yang sudah populer di suatu kota jika dibuka di kota lain khusunya produk makanan minuman , merek dan bisnis yang baru muncul dan baru seumur jagung sudah langsung difranchisekan dengan kamuflase kata kata “ kemitraan “ untuk mengakali peraturan franchise yang ribet , membuat banyak pengunjung pameran franchise ataupun pembaca media cetak yang mengulas tentang waralaba menjadi kecele . Si pembeli franchise atau pembeli waralaba tersebut akhirnya rugi waktu dan rugi uang karena ternyata bisnis franchise yang dibeli ternyata gagal. Faktor kegagalan bisnis franchise juga didukung oleh mental pembeli franchise yang tidak mau terlibat dalam menjalankan bisnis franchise dan hanya mau berlaku sebagai boss tanpa mengetahui detil masalah yang mungkin terjadi dalam operasional sehari hari. Sikap pembeli franchise yang tidak mau tahu dan hanya mau menjadi boss saja mungkin terjadi karena ilustrasi tentang gampangnya menjalankan bisnis, besaran omzet yang dapat diperoleh dan besarnya laba yang dapat diperoleh membius si pembeli waralaba tersebut.
Itulah kenyataannya dan anehnya pameran franchise selalu ramai dikunjungi oleh calon investor yang merasa kelebihan dana dan tidak rela menyimpannya di bank dengan bunga bank yang jauh lebih kecil dari laju inflasi. Keinginan besar pengunjung pameran franchise untuk membuang duit lebih mereka itulah yang ditangkap oleh banyak peserta pameran franchise yang jago membuat ilustrasi gambaran omzet dan laba yang menggiurkan. Itulah bodohnya pengunjung pameran franchise dan pintarnya peserta pameran franchise yang memperoleh dana dari investor yang menjadi pengunjung pameran franchise.
Jika anda tertarik untuk memiliki bisnis berbasis franchise maka perhatikan apakah bisnis berbasis waralaba tersebut memang bisnis yang tersebar secara luas outletnya , laris dikunjungi pembeli , bukan bisnis musiman dan jika merupakan bisnis makanan maka pertimbangkan kecocokan dibuka di kota anda. Jangan pernah mengambil keputusan dengan mendengarkan penjelasan dari pemilik franchise dan membaca brosur ilustrasi omzet dan laba. Lakukan proses amati dengan mengunjungi suatu outlet bisnis franchise yang menjadi target anda , kunjungi di saat pagi hari , di saat siang hari , di saat malam hari dan kunjungi di saat hari kerja, di saat hari minggu atau hari libur dan kalau perlu kunjungi di saat akhir bulan saat kantong konsumen lagi cekak belum gajian dan kunjungi di saat awal bulan saat kantong konsumen lagi penuh uang habis gajian. Jangan tergesa gesa mengambil keputusan membeli sebuah bisnis franchise, apalagi jika merek franchise tersebut belum terkenal. Ingatlah aturan main bahwa bisnis franchise yang laris tidak akan pernah ikut pameran karena tanpa ikut pameran franchise pun mereka sudah kewalahan melayani permintaan calon investor.
Berikut di bawah ini adalah bisnis bisnis berbasis franchise yang sudah mulai meredup terutama di seputar Jabotabek yakni kota Jakarta dan sekitarnya . Diluar bisnis franchise ini masih banyak bisnis berbasis franchise yang sudah meredup.
Atmosfir liburan di Bandung dan atmosfir kerja keras dan macet di Jakarta mungkin yang membuat popularitas restoran sunda menjadi berbeda jika dibuka di kota asal dan di kota Jakarta.
Holland Bakery berjaya dibawah payung Asaba Group , mungkin bisnis toko roti memang tidak bisa di franchisekan . Jesslyn K Cakes semenjak diakuisisi Garudafood malah melempem.
Bisnis kursus yang meliputi kursus bahasa inggris, akuntansi,komputer, kursus pajak ini dahulu sangat rajin beriklan di surat kabar dengan puluhan cabang di Jabotabek .
Pusat jual beli alat tulis ,warnet,fotocopy ini sempat populer dan menjadi serbuan pengunjung di pameran franchise . Dengan semakin mudahnya memperoleh akses internet , makin murahnya printer yang bisa scan,copy dan fax dan semakin populernya toko online tentunya mempengaruhi kunjungan pelanggan.
Bisnis sejenis Multiplus ini sudah muncul sebelum era Multiplus .
Bisnis ayam bakar ini sempat populer di Jakarta. Entah apa yang salah sehingga bisnis ayam bakar ini meredup di Jakarta , apakah karena berita poligami dari pendiri yang terlalu diekspose media ?
Bisnis yang dimiliki Sierad group ini sempat populer di Jakarta . Group Sierad ini juga memiliki outlet Wendy’s yang juga tidak terlalu berkembang. Mungkin group Sierad ini cocoknya jualan ayam mentah saja seperti outlet Belmart yang getol dikembangkan dimana mana.
Bisnis pusat terapi ikan ini sempat populer dan ada beberapa yang difranchisekan . Bisnis terapi ikan ini adalah bisnis musiman seperti frozen yoghurt froyo yang dulu populer dan sekarang juga sudah mulai melempem.
Bisnis Sewa DVD semakin meredup popularitasnya semenjak era digital dan era internet makin tersebar di Indonesia. Di Amerika toko sewa DVD seperti Blockbuster telah bangkrut disaingi Netflix yang menyewakan film melalui saluran internet. Di Indonesia ada dua merek yang pernah muncul di pameran franchise yakni toko sewa dvd Video Ezy dan toko sewa dvd Odiva. Entah kedua merek ini masih ada di Indonesia dan makin meredup atau sudah menghilang.
Berikut di bawah ini adalah bisnis bisnis berbasis waralaba yang sudah menghilang dari Indonesia dan ada yang bahkan baru seumur jagung sudah menghilang. Diluar bisnis franchise ini masih banyak bisnis berbasis franchise yang sudah menghilang juga.
Bisnis toko satu harga dari Singapura yang dimiliki eks pendiri ritel Matahari yang dikadalin salah satu group konglomerat ini sudah menghilang. Mungkin semangat si pendiri sudah hilang untuk berbisnis dibidang retail.
Bisnis toko roti dari Malaysia yang didirikan oleh eks pemilik portal matamata.com yang mirip kapanlagi.com namun gagal ternyata menghilang juga toko rotinya. Toko roti Breadstory ini muncul setelah munculnya Breadtalk di Indonesia yang memunculkan konsep teater dalam pembuatan roti. Follower Breadtalk yang sukses saat ini adalah Breadlife. Emang nga hoki kali ya ? atau tidak memiliki tim sukses yang kuat ?
Bisnis agen properti dari Australia yang dibesut group besar biro perjalanan di Indonesia ini ternyata gagal . Mungkin terlalu bernafsu ekspansi karena pada saat masuk ke Indonesia langsung membuka banyak outlet namun dalam waktu setahun akhirnya banyak yang tutup. Kemungkinan gagal karena ekspansi tidak didukung tim sukses yang kuat. Sayang , coba kalau bisa bertahan sampai sekarang pasti untungnya banyak karena pasar properti di Indonesia lagi booming. Emang kagak nasib main di properti kali ya ?
Semua orang bisa menjadi ahli pemasaran secara otodidak tanpa harus kuliah dan tanpa harus memperkaya orang orang yang mengaku sebagai ahli pemasaran melalui seminar dan pelatihan untuk menguras kocek anda.
Reblogged this on KANZ KARL COFFEE STATION.